JAKARTA, CAKEP! — Untuk membuat makanan bisa bertahan lama , maka biasanya kita melihat banyak Makanan yang dibuat dalam bentuk kemasan kaleng. Nah, agar makanan bisa dikalengkan, makanan disegel dan diawetkan dengan tekanan memasaknya pada suhu yang sangat tinggi.
Seperti memasak biasa, ini biasa menghancurkan beberapa kandungan nutrisi dari makanan tersebut. Makanan kaleng sering dianggap kurang bergizi daripada makanan segar atau beku karena cara ini, meskipun itu tidak selalu terjadi, kata para ahli diet dan nutrisi.
Dia mengatakan nutrisi utama yang dapat hilang atau berkurang dalam proses pengalengan adalah beberapa vitamin yang larut dalam air yang tidak dapat disimpan oleh tubuh dan sangat penting untuk kesehatan kulit, pembuluh darah dan tulang, dan sistem saraf.
Vitamin yang hilang
Para peneliti telah mencoba untuk mengukur hilangnya nutrisi dan membandingkan antara buah dan sayuran segar, beku dengan yang kemasan kalengan.
Hasil menunjukkan bahwa meski makanan beku hanya kehilangan lebih sedikit nutrisi pada awal proses kemasnya, namun tetap kehilangan banyak nutrisi saat direbus atau dimasak di rumah. Kehilangan nutrisi ini jumlahnya sama dengan versi kalengan.
Demikian juga, meskipun buah dan sayuran segar yang baru dipetik mengandung banyak nutrisi, ini akan menurun seiring waktu, bahkan ketika Anda menyimpannya di lemari es.
Bridget mengatakan: “Dengan makanan kaleng, mungkin ada beberapa kehilangan nutrisi seperti vitamin C dan tiamin, yang bisa hilang saat memasak, tetapi apakah ini akan berdampak pada kesehatan akan tergantung pada diet secara keseluruhan”.
Ahli diet dari British Dietetic Association, Frankie Phillips, memberikan saran untuk membatasi konsumsi makanan kaleng dan harus tetap berhati-hati memilih makanan kaleng.

Bahan-bahan seperti garam, gula dan lemak kadang-kadang ditambahkan ke makanan olahan untuk membuat rasanya lebih menarik. Artinya kita bisa jadi mengkonsumsi lebih dari jumlah yang disarankan dan mendapat kalori lebih dari yang kita butuhkan. “Di sinilah kita bermasalah dalam hal gizi,” kata Frankie.
Sama halnya buah kaleng dalam sirup yang mengandung banyak gula, begitu pula sayuran sayuran yang terendam air garam.
Frankie menambahkan seharusnya cukup mudah untuk mendapatkan sebagian besar nutrisi pada makanan utama, seperti protein, karbohidrat. Lain halnya dengan Susu karena proses pengalengan yang sedikit lebih sulit. “Satu yang dikhawatirkan adalah daging kalengan. Mereka umumnya cukup asin karena cara mereka diproses”.
Jadi ada baiknya berpedoman pada label nutrisi pada ada pada kaleng untuk membantu kita dalam pertimbangan nutrisi asupan makanan kita. Sebagai contoh berikut pedoman untuk orang dewasa:
- Total lemak – Tinggi: lebih dari 17,5g lemak per 100g, Rendah: 3g lemak atau kurang per 100g
- Lemak jenuh – Tinggi: lebih dari 5g lemak jenuh per 100g, Rendah: 1,5 g lemak jenuh atau kurang per 100g
- Gula – Tinggi: lebih dari 22,5g total gula per 100g, Rendah: 5g total gula atau kurang per 100g
- Garam – Tinggi: lebih dari 1,5 g garam per 100 g (atau 0,6 g natrium), rendah: 0,3 g garam atau kurang per 100 g (atau 0,1 g natrium).
Dibawah ini beberapa saran dari Regulator keamanan pangan Amerika, sebagai berikut:
- Perhatikan tanggal penjualan – Periksa dapur Anda setiap beberapa pekan dan gunakan barang-barang kalengan yang Anda miliki. Makanan kaleng asam tinggi, seperti tomat, nanas dan acar, sebaiknya disimpan selama 12 – 18 bulan. Makanan kaleng rendah asam seperti spageti, kentang dan kacang-kacangan, sebaiknya disimpan selama 2 – 5 tahun.
- Waspadai kaleng yang rusak – Jika kaleng makanan agak penyok, tetapi masih dalam kondisi yang baik, makanan tersebut mungkin aman untuk dimakan. Tutup yang menonjol, atau kaleng penyok atau bocor adalah tanda kerusakan. Saat Anda membukanya, cari tanda-tanda lain, seperti cairan muncrat, bau atau jamur. Jangan konsumsi makanan kaleng ini dan dibuang segera.
- Apakah normal jika mendengar “desisan” ketika membuka kaleng? – Beberapa kaleng mungkin mendesis karena dikemas dalam ruang hampa dan adanya suara karena akibat tekanan udara, ini sangat normal. Namun, jika kaleng mendesis keras atau menyembur dengan kuat ketika dibuka, itu mungkin merupakan indikasi bahwa makanan tersebut rusak dan harus dibuang. (Kiya/Adm)